Beriman kepada seluruh sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam Qur'an
dan hadith adalah wajib. Tidak boleh membeza-bezakan antara sifat yang
satu dengan sifat yang lain, sehingga kita hanya mahu beriman kepada
sifat yang satu dan ingkar kepada sifat yang lain. Orang yang percaya
bahwa Allah itu Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan percaya bahwa
mendengar dan melihatnya Allah tidak sama dengan mendengar dan
melihatnya makhluk, maka ia juga harus percaya bahwa Allah itu tinggi di
atas langit dengan cara dan sifat yang sesuai dengan keagungan Allah dan
tidak sama dengan tingginya makhluk, kerana sifat tingginya itu adalah
sifat yang sempurna bagi Allah. Hal itu sudah ditetapkan sendiri oleh
Allah dalam kitabNya dan sabda-sabda Rasulullah SAW.
Fitrah dan cara berfikir yang sihat juga mendukung kenyataan tersebut. ALLAH Dl ATAS ARASY
Al Qur'an, hadith sahih dan naluri serta cara berfikir yang sihat akan
mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas arasy.
1. Allah berfirman yang bermaksud:
"Allah yang Maha Pengasih itu "istawa" di atas Arasy." [Surah Taha:4]
Sebagaimana diterangkan dalam hadith Bukhari, para tabiin menafsirkan
istawa dengan naik dan tinggi.
2. Allah berfirman yang bermaksud:
"Apakah kamu merasa aman terhadap Yang di langit? Dia akan
menjungkir-balikkan bumi bersama kamu." (AlMulk:16)
Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud "Yang di langit" adalah Allah seperti
dituturkan dalam kitab Tafsir Ibnul-Jauzi.
3. Firman Allah yang bermaksud:
"Orang-orang tidak takut kepada Tuhannya yang di atas mereka." (AnNahl: 50)
4. Firman Allah tentang Nabi Isa As:
"Tetapi Allah mengangkatnya kepadaNya." (AnNisa:158)
Maksudnya Allah menaikkan Nabi Isa ke langit.
5. Allah berfirman yang maksudnya:
"Ialah Allah yang ada di langit-langit." (AlAn'am: 3)
Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut: Para ahli tafsir
bersependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan kaum Jahmiyah
(golongan yang sesat) yang mengatakan bahwa Allah itu berada di setiap
tempat. Maha Suci Allah dari ucapan mereka. Adapun firman Allah yang bermaksud:
"Dan Allah selalu bersamamu di mana kamu berada." (AlHadid: 41)
Yang dimaksudkan adalah Allah itu selalu bersama kita, dimana Allah
Mendengar dan Melihat kita, seperti keterangan dalam Ibnu Katsir dan Jalalain.
6. Rasulullah SAW mi'raj ke langit ketujuh dan berdialog dengan Allah
7. Rasulullah SAW bersabda:
"Kenapa kamu tidak mempercayaiku, padahal saya ini dipercayai oleh Allah
yang ada di langit?" (Riwayat Bukhari dan Muslim).
8. Rasulullah SAW bersabda: "Sayangilah orang-orang yang ada di bumi
maka yang di langit (Allah) akan menyayangimu." (Riwayat Turmidzi).
9. Rasulullah SAW pernah menanyai seorang wanita budak: "Di mana Allah?"
Jawabnya: "Di langit!" Rasulullah bertanya lagi: "Siapa saya?" Dijawab
lagi: "Kamu Rasulullah." Lalu Rasulullah bersabda: "Merdekakanlah dia
karena dia seorang Mukminah! "
10. Sabda Rasulullah SAW: "Arsy berada di atas, dan Allah berada di atas
arsy. Allah mengetahui keadaan kamu."
11. Abu Bakar Siddiq berkata: "Barang siapa menyembah Allah maka Allah
berada di langit, Ia hidup dan tidak mati." (Riwayat Imam Darimi dalam
Alradd alal Jahmiyah)
12. Abdullah bin Mubarak pernah ditanya: "Bagaimana kita mengetahui
Tuhan kita?" Maka beliau menjawab: "Tuhan kita di atas langit, di atas
arsy, berbeza dengan makhlukNya." Maksudnya zat Allah berada di atas
arsy, berbeza dan berpisah dengan makhlukNya, dan keadaannya di atas
arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.
13. Imam Abu Hanifah menulis kitab kecil berjudul "Sesungguhnya Allah
itu di atas arsy." Beliau menerangkan hal itu seperti dalam kitabnya
"Al-Ilm wal-Muta'allim."
14. Orang yang sedang solat selalu mengucapkan "Subhana rabial'ala (Maha
Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Ketika berdo'a ia juga mengangkat
tangannya dan menadahkan ke langit.
15. Otak yang sihat juga mendukung kenyataan bahwa Allah berada di
langit. Seandainya Allah berada di semua tempat, nescaya Rasulullah SAW
pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah
berada di SEGALA TEMPAT bererti Allah jua berada di tempat-tempat yang
najis dan kotor. Maha Suci Allah dari anggapan itu.
[Syeikh Muhammad b Jamil Zeno; Dar-ul-Hadith Al-Khairiyah, Makkah
Al-Mukarramah]