Kini manusia di dunia dipenuhi dengan dendam dan amarah, sedangkan Rasulullah s.a.w sendiri tersenyum tatkala dihina oleh perempuan tua Jahiliyyah di depannya sendiri yang mana akhirnya wanita tua itu memeluk agam Islam. Persoalannya, dimanakah perginya kelembutan dan pemaafan didalam Islam?Adakah sekadar di hari raya sahaja atau ucapa di mulut sahaja? Hayati kisah bagaimana sebuah kemaafan itu memudahkan jalan ke syurga…..
Suatu hari, Rasulullah saw. sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah para sahabatnya, tiba-tiba Rasulullah saw. tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi depannya. Umar r.a. yang berada di di situ, berkata, ‘Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?’
Rasulullah saw.menjawab, ‘Aku diberitahu bahawa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku kerana dulu dia pernah berbuat zalim kepadaku’.
Allah swt. berkata, ‘Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan sedikitpun yang tersisa dalam dirinya?’
Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya’.
Sampai di sini, mata Rasulullah saw. berkaca-kaca. Beliau saw. tidak mampu menahan titisan airmatanya. Beliau menangis. Lalu, beliau saw. berkata, ‘Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya’.
Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi, ‘Angkat kepalamu’. Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata, ‘Ya Rabb, aku melihat di depanku ada tempat yang terbuat dari emas dan istana-istana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syahid yang mana, ya Rabb?’
Allah berkata, ‘Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya’.
Orang itu berkata, ‘Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?’
Allah berkata, ‘Engkau mampu membayar harganya’
Orang itu terhairan-hairan, sambil berkata, ‘Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?’
Allah berkata, ‘Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku’.
Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kini aku memaafkannya’
Allah berkata, ‘Kalau begitu, ambil tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu’.
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. berkata, ‘Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin’.
Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang sahih.
Rasulullah juga pernah bersabda:
‘Barangsiapa yang di dalam dirinya ada 3 hal, maka pada hari kiamat nanti Allah akan mudahkan proses hisab terhadap dirinya dan Allah akan memasukkannya ke dalam surga’. Para sahabat bertanya, ‘Apa yang 3 hal itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Yaitu engkau tetap membuat kebaikan terhadap orang yang membuat jahat kepadamu, engkau menyambung silaturrahim kepada orang yang memutuskannya, dan engkau memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu. Jika engkau lakukan yang demikian, maka engkau akan masuk syurga’.
(Hadits, riwayat Imam al-Hakim)