الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء و المرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين
أهلا وسهلا بكم
إذا كانت هذه زيارتك الأولى للمنتدى، فيرجى التفضل بزيارة صفحة التعليمات كما يشرفنا أن تقوم بالتسجيل ، إذا رغبت بالمشاركة في المنتدى، أما إذا رغبت بقراءة المواضيع والإطلاع فتفضل بزيارة القسم الذي ترغب أدناه.
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه - قال: سمعت رسول الله ﷺ يقول: "إن إبليس قال لربه: بعزتك وجلالك لا أبرح أغوي بني آدم مادامت الأرواح فيهم - فقال الله: فبعزتي وجلالي لا أبرح أغفر لهم ما استغفروني"
اللّهم طهّر لساني من الكذب ، وقلبي من النفاق ، وعملي من الرياء ، وبصري من الخيانة ,, فإنّك تعلم خائنة الأعين ,, وما تخفي الصدور
اللهم استَخدِمني ولاَ تستَبدِلني، وانفَع بيِ، واجعَل عَملي خَالصاً لِوجهك الكَريم ... يا الله
اللهــم اجعل عملي على تمبـلر صالحاً,, واجعله لوجهك خالصاً,, ولا تجعل لأحد فيه شيئاً ,, وتقبل مني واجعله نورا لي في قبري,, وحسن خاتمة لي عند مماتي ,, ونجاةً من النار ومغفرةً من كل ذنب
يارب يارب يارب
KEMASKINI
_
Rahsia Uban Menurut Rasulullah s.a.w
Rahsia Ubann Menurut
Rasulullah s.a.w
Ustaz Abu
Minhal
(Terjemah Bahasa Indonesia)
Seiring perjalanan waktu, usia manusia akan bertambah dan
ia akan mengalami perubahan demi perubahan pada fisik dan penampilannya.
Perubahan-perubahan itu identik dengan penurunan dan penyusutan kualitas fungsi
organ pada tubuhnya. Fisik lebih
cepat lelah, kulit tidak sekenyal dahulu,
ketajaman pandangan mulai berkurang, ingatan menurun dan satu lagi, tumbuhnya
helai-helai uban pada rambut kepala atau jenggot. Seseorang akan mustahil
berkelit untuk menahan laju tanda-tanda penuaan yang terjadi pada dirinya.
Sunnatullah tidak akan berubah-ubah dan berganti.
Allah عزّوجلّ berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً
ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ
الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa. (QS. ar-Rum/30:54).
Kemunculan uban menjadi salah satu indikasi seseorang
telah berumur dan mengalami fase kelemahan kembali, setelah kekuatannya
mencapai puncak-puncaknya.
Imam Ibnu Katsir رحمه الله mengatakan, "Inilah kelemahan yang terjadi setelah
kekuataan. Tekad, gerak dan tindak-tanduknya melemah. Rambut beruban dan
sifat-sifat lahiriyah dan batiniyah pun mengalami perubahan-perubahan".[1]
Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم, insan yang paling peduli akan hidayah bagi umatnya agar mereka
berada di atas petunjuk terbaik telah menggariskan cara bagaimana memperlakukan
uban yang telah mewarnai rambut kepala.
Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, dari
Nabi صلى الله عليه وسلم, Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ فَإِنَّهُ نُورُ الـمُسْلِمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Janganlah kalian mencabut uban. Sesungguhnya ia
menjadi cahaya bagi seorang Muslim kelak pada Hari Kiamat". (HR. Abu
Dawud, at-Tirmidzi dan an-Nasai).
Beliau صلى الله عليه وسلم memulai
petunjuknya dalam hadits di atas dengan peringatan dan larangan agar setiap
Muslim tidak mencabutnya. Peringatan yang tertuju kepada seluruh umat Islam
ketika uban telah merubah warna sebagian rambut di kepala ataupun jenggot.
Selanjutnya, Beliau صلى الله عليه وسلم memaparkan
alasan larangan mencabutnya dalam bentuk targhib, yaitu dikarenakan uban-uban
itu akan menjadi cahaya pada Hari Kiamat kelak bagi mereka, supaya tetap
dipertahankan dan tidak dicabuti.
Al-Azhim Abadi رحمه الله mengatakan,
"Di dalamnya (sesungguhnya ia menjadi cahaya bagi seorang Muslim kelak
pada Hari Kiamat) terdapat anjuran yang kuat untuk membiarkan uban dan tidak
berusaha menghilangkannya."[2]
Demikianlah petunjuk Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dalam memperlakukan uban. Dan demikianlah larangan yang Beliau صلى الله عليه وسلم sampaikan kepada para Sahabat رضي الله عنهم.
Dalam hadits lain, lebih tampak lagi keutamaan uban bagi
pemiliknya. Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ فَإِنَّهُ نُورُ الْمُسْلِمِ، مَنْ مِنْ مُسْلِمٍ
يَشِيْبُ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا
خَطِيئَةً
"Janganlah kalian mencabut uban. Sesungguhnya ia menjadi
cahaya bagi seorang Muslim. Dan tidaklah seorang Muslim beruban dalam Islam,
kecuali Allah akan menulis baginya kebaikan dengan itu, mengangkat derajatnya
dengan itu dan menghapuskan kesalahannya dengan itu." (HR. Ahmad no.6672.
Hadits shahih li ghairihi).
Berdasarkan hadits di atas, uban menjadi sebab kemuliaan
derajat seorang Muslim, perolehan kebaikan dan dihapuskan darinya kesalahan.
Maka, sudah sepantasnya seorang Muslim komitmen dengan arahan
dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan tidak mencabutinya.[3]
Di sinilah, seseorang mesti realistis menghadapi hal-hal
tersebut yang merupakan sunnatullah pada diri setiap manusia. la tidak lari
dari kenyataan yang datang dalam fase kehidupannya saat usianya bertambah
dengan mencabutinya, dan tidak malah meniru-niru penampilan anak-anak muda
padahal ia melewati masa mereka dengan menyemirnya dengan warna hitam. Karena
itu merupakan bentuk tazwir (penipuan).
Justru, hendaknya keadaan tersebut membentuknya menjadi
insan yang kian dewasa, matang, berpembawaan tenang dan patuh terhadap Allah عزّوجلّ, sebab uban memberi peringatan bagi seseorang. la merupakan
tanda berumur dan mulai masuk fase tua. Ketika seseorang menyaksikannya (pada
kepala atau jenggotnya) ia akan lebih mengingat-ingat akhirat, meninggalkan
maksiat dan siap berjumpa dengan Allah عزّوجلّ."[4] Wallahu
a'lam[]