Allah memberikan sifat hati dengan sepuluh sifat :
Ayat di atas berkenaan dengan orang-orang munafik, ketika dibacakan ayat-ayat Allah swt yang mengungkap kebusukan hati mereka, mereka terkejut dan hairan, tapi anehnya mereka justeru berpaling dan pergi. Padahal seharusnya mereka beriman kepada ayat-ayat Allah swt yang menunjukan kebenaran apa yang dibawa Rasulullah saw tersebut, oleh kerananya Allah swt memalingkan hati mereka dari kebenaran.
Dari ayat di atas, sebahagian ulama melarang seseorang mengucapkan “Inshorifu” (pergilah) kepada saudaranya, ketika menyuruhnya pergi tetapi disunahkan baginya mengucapkakn “Ingqolibuu” (kembalilah), ini berdasarkan firman Allah swt:
Pada suatu ketika Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Rasulullah saw tentang tanda hati yang lapang, lalu Rasululllah saw bersabda:
“berhati-hati terhadap dunia yang menipu ini, mendekatkan diri kepada hari yang kekal, serta mempersiapkan diri sebelum datangnya kematian.”
Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
Al-Haraj ertinya tempat yang di kelilingi pohon-pohon yang membelit dan melingkar. Hati orang kafir sangat sempit, sehingga hidayah dan petunjuk tidak boleh masuk ke dalamnya, sebagaimana para penggembala yang tidak boleh memasuki tempat yang di penuhi dengan pepohonan yang membelit dan melingkar.
Sesaknya hati orang kafir juga Allah swt misalkan dengan seseorang yang sedang mendaki langit atau tempat yang tinggi. Semakin tinggi ia mendaki, maka akan semakin sesak kerana oksigen mulai berkurang, ayat ini termasuk salah satu mukjizat al Quran yang menerangkan perubahan oksigen di udara, yang insya Allah akan diterangkan lebih luas ketika sampai pada tafsir QS. Al-An’am
Ada satu hadits yang maknanya serupa dengan ayat di atas, iaitu Rasulullah saw bersabda:
Hadits di atas menjelaskan kepada kita bahawa salah satu tanda kebaikan yang ada dalam diri seseorang adalah Allah swt melapangkan dadanya, memberikannya semangat serta memudahkannya dalam mencari ilmu dan memudahkannya dalam memahaminya. Makna ilmu dalam hadits di atas adalah ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebaliknya orang yang tidak dikehendaki kebaikan olah Allah swt maka akan disempitkan dadanya dan dipalingkan dari menuntut ilmu.
Maksud orang yang mati dalam ayat itu adalah orang yang hatinya mati. Hati yang mati adalah hati yang tidak boleh memahami ayat-ayat Allah swt kerana bodoh dan tidak punya ilmu. Maka Allah swt menghidupkannya dengan memberikan ilmu dan keimanan kepadanya, dan keduanya merupakan yang terang dengannya dia boleh berjalan ditengah-tengah manusia.
Menurut ayat di atas, orang yang tidak mempunyai ilmu, dia akan tenggelam dalam kegelapan, baik yang berbentuk kekafiran, maupun yang berbentuk bidaah, dan dia tidak akan boleh keluar darinya selama-lamanya. Di dalam kekafiran dan kebidaahan tersebut mereka akan menganggap baik apa yang mereka kerjakan. Sebagaimana firman Allah swt:
Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” iaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahawa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Dengan ilmu manusia akan hidup dan akan mampu menghidupkan serta memakmurkan dunia ini, tanpanya manusia tak akan mampu berbuat apa-apa, kecuali ia akan terombang ambing dalam kegelapan dan kebodohan. Lihatlah bangsa-bangsa besar dan maju, mereka mampu membangunnya dengan ilmu dan pendidikan. Tiada suatu bangsa yang memperhatikan pendidikan dan ilmu melainkan bangsa tersebut akan maju dan kuat, sebaliknya bangsa yang meremehkan pendidikan dan ilmu pasti akan lemah dan hancur.
4. Thob’u (terkunci mati) sebagaimana firman Allah:
Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan)[377], disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan Karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, Sebenarnya Allah Telah mengunci mati hati mereka Kerana kekafirannya, Kerana itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.
Ayat di atas turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang melakukan kejahatan di dunia ini, seperti melanggar perjanjian, mengingkari ayat-ayat Allah swt, dan membunuh para nabi. Dengan perbuatan mereka itu, akhirnya Allah swt mengunci mati hati mereka.
Dari sini kita dapat mengetahui bahawa Allah swt tidaklah menzalimi mereka akan tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri dengan kejahatan-kejahatan tersebut.
Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.
Dalam surat An-Nahl di atas dijelaskan bagaimana Allah swt telah memberikan berbagai kemudahan dan kenikmatan yang begitu luas kepada manusia ini, agar kenikmatan tersebut disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada Allah swt saja. Akan tetapi hati orang-orang kafir mengingkari kenikmatan tersebut dan tidak mau beribadah kepada Allah swt. Masalah ini mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kufur nikmat, sebagaimana yang telah diterangkan di atas, sehingga dikatakan bahawa orang yang mengingkari kebaikan yang diberikan kepadanya dikategorikan kufur nikmat. Kalau dalam ayat ini disebut munkirot, iaitu mengaingkari kenikmatan yang membawanya kepada ingkar kepada Allah swt.
Boleh juga diertikan mengingkari keesaan Allah swt dan tidak mau menerima kebenaran dan nasihat. Sebaliknya hati mereka menerima kekafiran dan kemaksiatan.
Ertinya bahawa ciri-ciri hati orang kafir itu senang dengan kemaksiatan dan kesesatan, cenderung kepada orang yang jahat, gembira dengan kerosakan. Sebaliknya hati mereka benci dengan kebaikan dan keimanan, menjauhi orang-orang yang baik, serta benci jika kebaikan dan kemaslahatan terwujud.
Berapa banyak dari umat Islam sekarang yang hatinya seperti hati orang-orang kafir tersebut, mereka mengangkat pemimpin-pemimpin jahat, menjadikan para pengkhianat sebagai teman dekat, gembira jika umat Islam terkena musibah, senang jika orang-orang kafir menang. Senang dengan tersebarnya kejahatan dan kemaksiatan di kalangan orang-orang beriman.
Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui.
Ayat di atas menunjukkan bahawa “Al-Hubb” (merasa senang) dengan tersebarnya kerosakan atau musibah yang menimpa kaum muslimin, merupakan sifat hati yang mendapat ancaman azab yang pedih dari Allah swt. Amalan hati inilah yang akan diminta dipertanggungjawab oleh Allah swt, walaupun belum diaplikasikan di dalam anggota badan.
Contoh lain dari hati yang Ingkar adalah apa yang tersebut di dalam firman Allah:
Hati yang ingkar selalu cenderung kepada orang-orang kafir dan mengutamakan mereka atas orang-orang beriman. Mereka menganggap bahawa orang orang kafir jauh lebih baik agama dan ibadahnya daripada orang yang beriman.
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (iaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah swt menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah swt mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Termasuk di dalam kategori penyakit hamiyah jahiliyah adalah fanatik golongan, fanatik suku dan fanatik kenegaraan atau disebut faham nasionalisme. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang fanatik kebangsaan ini, boleh ditelaah buku “Nasionalisme Dan Kerugian Yang Diderita Umat Islam” sebaliknya orang-orang beriman ketika dihadapkan pada masalah yang pelik dan rumit serat sensitif, mereka tetap tenang dan berfikir jernih. Menggunakan nalar dan akar sihat serta tetap konsisten dengan ajaran-ajaran Islam, tidak emosional dan tidak mudah terprovokasi pihak-pihak lain. Kerana Allah swt lah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati mereka dan mengajarkan kepada mereka kalimat tauhid.
Sejarah telah mencatat sikap arif dan bijak yang diambil kaum muslimin ketika dihadapkan pada masalah yang pelik. Ketika kaum muslimin di Mina pada musim haji, sebagian kaum Anshor yang sudah berbai’at kepada Rasulullah dan sudah masuk Islam, ingin segera berperang, akan tetapi Rasulullah melarang mereka berbuat gelabah, kerana umat Islam masih lemah, belum saatnya untuk mengadakan konfrontasi senjata dengan musuh. Begitu juga, pada peristiwa Hudaibiyah, kaum muslimin merasa dizalimi kerana dilarang masuk Mekah ditambah dengan isi perjanjian yang tidak adil dan sangat memojokkan mereka saat itu, sebahagian sahabat ingin segera menyerukan jihad melawan kaum musyrikin Mekah namun Allah swt menurunkan sakinah ke dalam hati mereka, sehingga mereka mau mendengar dan taat serta kembali bersama Rasulullah ke Madinah.
Umat Islam hari ini hendaknya menjadikan ayat di atas sebagai barometer dalam bergerak. Hendaklah tetap tenang dan berfikir jernih, tidak terprovokasi oleh pihak-pihak luar yang ingin menghancurkan Islam. Konsisten dengan ajaran islam adalah satu-satunya jalan keluar dari berbagai masalah, tidak main kasar dan gelabah tetapi tetap memegang teguh kalimat tauhid serta tetap terus beramal sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
7. Qosiyah (membatu) sebabgaimana firman Allah:
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
8. Ar-Rain (tertutup)
Daripada Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah bersabda:
“sesungguhnya seorang mukmin jika mengerjakan dosa, maka akan membekaskan titik hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan berhenti dari berbuat dosa maka akan kembali bening dan bersih, sebaliknya jika ia terus mengerjakan dosa tersebut maka akan bertambah titik hitamnya hingga memenuhi seluruh hatinya, itulah Al-Raan yang dimaksud dalam firman Allah QS. Al-Muthofifin:14.
(HR. Ibnu Majah no: 4244)
Sebahagian ulamak mengatakan bahawa Ar-Raan lebih ringan dari At-Thob’ dan At-Thob’ lebih ringan dari Al-Aqfal.
9. Maridh (sakit), sebagaimana firman Allah
Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahawa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?
Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup . dan bagi mereka siksaan yang besar.