الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء و المرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين

أهلا وسهلا بكم

إذا كانت هذه زيارتك الأولى للمنتدى، فيرجى التفضل بزيارة صفحة التعليمات كما يشرفنا أن تقوم بالتسجيل ، إذا رغبت بالمشاركة في المنتدى، أما إذا رغبت بقراءة المواضيع والإطلاع فتفضل بزيارة القسم الذي ترغب أدناه.

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه - قال: سمعت رسول الله يقول: "إن إبليس قال لربه: بعزتك وجلالك لا أبرح أغوي بني آدم مادامت الأرواح فيهم - فقال الله: فبعزتي وجلالي لا أبرح أغفر لهم ما استغفروني"



اللّهم طهّر لساني من الكذب ، وقلبي من النفاق ، وعملي من الرياء ، وبصري من الخيانة ,, فإنّك تعلم خائنة الأعين ,, وما تخفي الصدور

اللهم استَخدِمني ولاَ تستَبدِلني، وانفَع بيِ، واجعَل عَملي خَالصاً لِوجهك الكَريم ... يا الله


اللهــم اجعل عملي على تمبـلر صالحاً,, واجعله لوجهك خالصاً,, ولا تجعل لأحد فيه شيئاً ,, وتقبل مني واجعله نورا لي في قبري,, وحسن خاتمة لي عند مماتي ,, ونجاةً من النار ومغفرةً من كل ذنب

يارب يارب يارب

    KEMASKINI

    _

    _
    ALLAHUMMA YA ALLAH BERIKANLAH KEJAYAAN DUNIA AKHIRAT PADAKU , AHLI KELUARGAKU DAN SEMUA YANG MEMBACA KARYA-KARYA YANG KUTULIS KERANA-MU AAMIIN YA RABBAL A'LAMIIN “Ya Allah, maafkanlah kesalahan kami, ampunkanlah dosa-dosa kami. Dosa-dosa kedua ibu bapa kami, saudara-saudara kami serta sahabat-sahabat kami. Dan Engkau kurniakanlah rahmatMu kepada seluruh hamba-hambaMu. Ya Allah, dengan rendah diri dan rasa hina yang sangat tinggi. Lindungilah kami dari kesesatan kejahilan yang nyata mahupun yang terselindung. Sesungguhnya tiadalah sebaik-baik perlindung selain Engkau. Jauhkanlah kami dari syirik dan kekaguman kepada diri sendiri. Hindarkanlah kami dari kata-kata yang dusta. Sesungguhnya Engkaulah yang maha berkuasa di atas setiap sesuatu.”
    Showing posts with label تفسير. Show all posts
    Showing posts with label تفسير. Show all posts

    Surah An-Nur Ayat 58 dan 59




    “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) iaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu.  Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.  Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
    (Maksud tiga waktu yang biasanya di waktu-waktu itu badan banyak terbuka. Oleh sebab itu Allah melarang budak-budak dan anak-anak dibawah umur untuk masuk ke bilik tidur orang dewasa tanpa izin pada waktu-waktu tersebut.  Maksud tidak berdosa kalau mereka tidak dicegah masuk tanpa izin, dan tidak pula mereka berdosa kalau masuk tanpa meminta izin. )

    Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
    (Maksudnya: anak-anak dari orang-orang yang merdeka yang bukan mahram, yang telah baligh haruslah meminta izin lebih dahulu kalau hendak masuk.)




    JALALAIN :

    (Hai orang-orang yang beriman, hendaklah meminta izin kepada kalian budak-budak yang kalian miliki) baik yang laki-laki mahupun yang perempuan (dan orang-orang yang belum baligh di antara kalian) maksudnya dari kalangan orang-orang yang merdeka dan belum mengetahui perihal kaum wanita (sebanyak tiga kali) iaitu dalam tiga waktu untuk seharinya (iaitu sebelum solat subuh dan ketika kalian menanggalkan pakaian luar kalian di tengah hari) yakni waktu solat Zohor (dan sesudah solat Isyak. Itulah tiga aurat bagi kalian) kalau dibaca Rafa' menjadi Thalaathu 'Auraatin, bererti menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, dan sebelum Khabar terdapat Mudhaf, kemudian kedudukan Mudhaf yang diperkirakan itu diganti oleh Mudhaf ilaih iaitu lafaz Thalaathun itu sendiri. Makna selengkapnya ialah, Ketentuan tersebut adalah tiga waktu yang ketiga-tiganya merupakan aurat bagi kalian. Jika dibaca Nashab menjadi Thalaatha Auraatin Lakum, dengan memperkirakan adanya lafaz Auraatin yang dinashabkan, juga kerana menjadi Badal secara Mahal dari lafaz sebelumnya, kemudian Mudhaf ilaih menggantikan kedudukannya. Dikatakan demikian kerana pada ketika tersebut, iaitu ketiga waktu itu, orang-orang membuka pakaian luar mereka untuk istirehat sehingga auratnya kelihatan. (Tidak ada atas kalian dan tidak pula atas mereka) atas budak-budak yang kalian miliki dan anak-anak kecil (dosa) untuk masuk menemui kalian tanpa izin (selain dari tiga waktu itu) yakni sesudah ketiga waktu tadi, sedangkan mereka (melayani kalian) bersama kalian (sebahagian kalian) yakni pelayan itu mempunyai keperluan (kepada sebahagian yang lain) kalimah ini berkedudukan mengukuhkan makna sebelumnya. (Demikianlah) sebagaimana apa yang telah disebutkan tadi (Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kalian) yakni menjelaskan hukum-hukum-Nya. (Dan Allah Maha Mengetahui) tentang semua urusan makhluk Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam mengatur kepentingan mereka. Ayat yang bersangkutan dengan masalah meminta izin ini menurut suatu pendapat telah dinasakh. Akan tetapi menurut pendapat yang lain tidak dinasakh, hanya saja orang-orang meremehkan masalah meminta izin ini, sehingga banyak dari mereka yang tidak memakainya lagi.
    (Dan apabila anak-anak kalian telah sampai) hai orang-orang yang merdeka (kepada usia baligh, maka hendaklah mereka meminta izin) dalam semua waktu (seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin) yakni orang-orang dewasa yang merdeka. (Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagi kalian. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana).


    {يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنكُمْ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانكُمْ} مِنْ الْعَبِيد وَالْإِمَاء {وَاَلَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُم مِنْكُمْ} مِنْ الْأَحْرَار وَعَرَفُوا أَمْر النِّسَاء {ثَلَاث مَرَّات} فِي ثَلَاثَة أَوْقَات {مِنْ قَبْل صَلَاة الْفَجْر وَحِين تَضَعُونَ ثِيَابكُمْ مِنْ الظَّهِيرَة} أَيْ وَقْت الظُّهْر {وَمِنْ بَعْد صَلَاة الْعِشَاء ثَلَاث عَوْرَات لَكُمْ} بِالرَّفْعِ خَبَر مُبْتَدَأ مُقَدَّر بَعْده مُضَاف وَقَامَ الْمُضَاف إلَيْهِ مَقَامه أَيْ هِيَ أَوْقَات وَبِالنَّصْبِ بِتَقْدِيرِ أَوْقَات مَنْصُوبًا بَدَلًا مِنْ مَحَلّ مَا قَبْله قَامَ الْمُضَاف إلَيْهِ مَقَامه وَهِيَ لِإِلْقَاءِ الثِّيَاب تَبْدُو فِيهَا الْعَوْرَات {لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ} أَيْ الْمَمَالِيك وَالصِّبْيَان {جُنَاح} فِي الدُّخُول عَلَيْكُمْ بِغَيْرِ اسْتِئْذَان {بَعْدهنَّ} أَيْ بَعْد الْأَوْقَات الثَّلَاثَة هُمْ {طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ} لِلْخِدْمَةِ {بَعْضكُمْ} طَائِف {عَلَى بَعْض} وَالْجُمْلَة مُؤَكِّدَة لِمَا قَبْلهَا {كَذَلِكَ} كَمَا بُيِّنَ مَا ذُكِرَ {يُبَيِّن اللَّه لَكُمْ الْآيَات} أَيْ الْأَحْكَام {وَاَللَّه عَلِيم} بِأُمُورِ خَلْقه {حَكِيم} بِمَا دَبَّرَهُ لَهُمْ وَآيَة الِاسْتِئْذَان قِيلَ مَنْسُوخَة وَقِيلَ لَا وَلَكِنْ تَهَاوَنَ النَّاس فِي تَرْك الِاسْتِئْذَان
    {وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَال مِنْكُمْ} أَيّهَا الْأَحْرَار {الْحُلُم فَلْيَسْتَأْذِنُوا} فِي جَمِيع الْأَوْقَات {كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ من قبلهم} أي الأحرار الكبار {كذلك يبين الله لكم آياته والله عليم حكيم}


    IBNU KATHIR :

    Hai orang-orang beriman, perintahkanlah hamba sahaya dan anak-anak kalian yang belum baligh agar tidak masuk keruangan kalian –kecuali setelah meminta izin– pada tiga waktu. Pertama, sebelum subuh. Kedua, waktu kalian menggunakan pakaian santai ketika tidur siang. Dan ketiga, setelah solat isya ketika kalian bersiap-siap untuk tidur. Ketiga waktu itu adalah saat-saat kalian mengganti pakaian dari pakaian tidur ke pakaian waktu bangun, sehingga aurat (bahagian tubuh) yang tidak sepatutnya dapat terlihat. Selain waktu-waktu tersebut, tidak berdosa bagi kalian dan mereka untuk masuk tanpa izin. Kerana biasanya pada selain waktu-waktu itu kalian keluar-masuk untuk memenuhi beberapa keperluan. Dengan penjelasan ini, Allah menerangkan hukum-hukum. Allah. Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dia mengetahui apa yang bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya, memberikan ketentuan hukum yang sesuai dengan keadaan mereka dan akan memperhitungkan semua itu.
    Ayat ini merupakan salah satu ayat yang mengarahkan manusia pada norma sosial dalam persekitaran keluarga. Keberadaan hamba sahaya (pembantu) dan anak-anak kecil di rumah, membuat mereka acapkali berkumpul dan bercampur baur. Terkadang, ada di antara mereka yang masuk ke ruangan yang lain tanpa izin pada waktu- waktu yang disebutkan dalam ayat di atas. Mengingat bahawa waktu-waktu tersebut adalah waktu-waktu untuk menyendiri, bebas sendirian dan melepas pakaian rutin yang digunakan ketika berkumpul, maka ayat ini mengharuskan orang-orang yang disebutkan dalam ayat untuk meminta izin masuk pada waktu-waktu tersebut, agar mereka tidak melihat apa yang dianggap rahsia dan tidak pantas dilihat. Oleh  itu merupakan aurat yang harus ditutup. Selain itu, ayat ini juga mengandung anjuran kepada anggota keluarga agar memakai pakaian yang sepatutnya ketika bertemu satu sama lain, sehingga kehormatan, kebebasan, dan etika mereka terjaga. Demikianlah, Al-Qurân sangatlah pantas mengatur hal- hal yang mengangkat harkat moral ke tingkat yang tinggi semacam ini.

    Jika anak-anak kalian telah baligh, mereka harus meminta izin terlebih dahulu untuk masuk ke setiap rumah di setiap waktu, seperti halnya orang-orang yang telah baligh sebelum mereka. Dengan penjelasan semacam ini Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya yang telah diturunkan. Allah swt Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dia mengetahui apa yang bermanafaat bagi hamba-hamba Nya, memberikan ketentuan hukum yang sesuai dengan keadaan mereka dan akan meminta pertanggungjawapan itu semua.


    هذه الروايات صحيحة، ولا تعارض بينها.
    { وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (56) لا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَلَبِئْسَ الْمَصِيرُ (57) } .
    يقول تعالى آمرًا عباده المؤمنين بإقام الصلاة، وهي عبادة الله وحده لا شريك له، وإيتاء الزكاة، وهي: الإحسان إلى المخلوقين ضعفائهم وفقرائهم، وأن يكونوا في ذلك مطيعين للرسول، صلوات الله وسلامه عليه، أي: سالكين وراءه فيما به أمرهم، وتاركين (1) ما عنه زجرهم، لعل الله يرحمهم بذلك. ولا شك أن من فعل ذلك أن الله سيرحمهم، كما قال تعالى في الآية الأخرى: { أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ } [التوبة: 71].
    وقوله { لا تَحْسَبَنَّ } أي: [لا تظن] (2) يا محمد { الَّذِينَ كَفَرُوا } أي: خالفوك وكذبوك، { مُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ } أي: لا يعجزون الله، بل الله قادر عليهم، وسيعذبهم على ذلك أشد العذاب؛ ولهذا قال: { وَمَأْوَاهُمُ } أي: في الدار الآخرة { النَّارُ وَلَبِئْسَ الْمَصِيرُ } أي: بئس المآل مآلُ الكافرين، وبئس القرار وبئس المهاد.
    { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلاةِ الْعِشَاءِ ثَلاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (58) }
    { وَإِذَا بَلَغَ الأطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (59) وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللاتِي لا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (60) }
    هذه الآيات الكريمة اشتملت على استئذان الأقارب بعضهم على بعض. وما تقدَّم في أول السورة فهو استئذان الأجانب بعضهم على بعض. فأمر الله تعالى المؤمنين أن يستأذنَهم خَدَمُهم مما ملكَت أيمانهم وأطفالهم الذين لم يبلغوا الحلم منهم في ثلاثة أحوال: الأول من قبل صلاة الغداة؛ لأن الناس إذ ذاك يكونون نيامًا في فرشهم { وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ } أي: في وقت القيلولة؛ لأن الإنسان قد يضع ثيابه في تلك الحال مع أهله، { وَمِنْ بَعْدِ صَلاةِ الْعِشَاءِ } لأنه وقت النوم، فيُؤمَرُ الخدمُ والأطفال ألا يهجمُوا على أهل البيت في هذه الأحوال، لما يخشى من أن يكون الرجل

    Siapakah seburuk-buruk makhluk?

    بسم الله الرحمن الرحيم
    الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه ، أما بعد 




    مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا.

    'Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka.'
    [Sahih Muslim]




    Firman Allah :

    إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
    وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لَأَسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

    Sesungguhnya makhluk yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah
    menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, nescaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).”
    (Al-Anfal 22 dan 23)

    Iaitu manusia yang paling buruk di sisi Allah ialah yang tidak mahu mendengar, menuturkan dan memahami kebenaran.

    Sesungguhnya orang-orang musyrik, termasuk di dalamnya orang-orang munafik, bagaikan binatang yang paling buruk. Pendengaran mereka tuli dan tidak dapat mendengar, mulut mereka bisu dan tidak mampu bicara. Mereka memang tidak mahu mendengar, mengatakan dan memikirkan yang benar. Kalau saja Allah berkehendak mengetahui, dengan ilmu-Nya yang azali, bahawa ehwal mereka nantinya tidak akan mendatangkan kebaikan bagi diri mereka sendiri, bagi orang lain dan bagi kebenaran, nescaya Allah akan membuat mereka dapat mendengarkan petunjuk yang menghantarkan kebenaran pada akal mereka. Tapi sebenarnya meskipun mereka dapat mendengar dan memahami kebenaran itu, pasti mereka tetap akan berpaling dari usaha mendapatkan petunjuk, kerana mereka telah dikuasai hawa nafsu.

    (Sesungguhnya binatang, makhluk-makhluk yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang-orang yang tuli) tidak mahu mendengarkan perkara yang hak (dan bisu) tidak mengucapkan perkara yang hak (yang tidak mengerti apa pun) tentang perkara yang hak.  (Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka) bakat yang baik di dalam mendengarkan perkara yang hak (tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar) dengan pendengaran yang disertai pemahaman. (Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar) sebagai perumpamaan, kerana Allah telah mengetahui bahawa tidak ada kebaikan dalam diri mereka (nescaya mereka pasti berpaling juga) dari perkara yang hak itu (sedangkan mereka memalingkan diri") dari menerima perkara hak yang mereka dengar itu kerana  keras hati dan ingkar.


    Firman Allah :

    سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
    مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
    وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

    Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah[583], maka merekalah orang-orang yang merugi. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
    (Al-A’raf 177 hingga 179)

    Sangat buruklah keadaan orang-orang yang menentang ayat-ayat Al-Quran. Dengan mengingkari kebenaran, mereka sebenarnya tidak lain telah menganiaya diri mereka sendiri. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah untuk mengikuti kebenaran, maka dia benar-benar memperolehi kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang dijauhkan dari petunjuk kerana selalu mengikuti hawa nafsunya, maka dia termasuk kelompok yang rugi. Dan sungguh Allah telah menciptakan banyak di antara jin dan manusia yang, di hari kiamat nanti, akan berada di api neraka. Ini disebabkan hati mereka tidak digunakan untuk menembus kebenaran, mata mereka tidak merenungi kekuasaan Tuhan, dan telinga mereka tidak mendengarkan ayat-ayat dan nasihat- nasihat untuk direnungi dan diambil pelajaran. Mereka diumpama seperti binatang yang tidak menggunakan akal yang diberikan Allah untuk bertadabbur. Bahkan mereka sebenarnya lebih sesat dari binatang. Sebab, binatang itu  akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara mereka itu malah menolak kebaikan dan kebenaran yang ada. Mereka itu memang orang-orang yang sangat bodoh.


    Firman Allah lagi :

    أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
    atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).”
    (Al-Furqan : 44 )

    Mereka mengira bahawa kebanyakan mereka itu mendengar dengan pendengaran yang diikuti dengan pengertian atau memahami apa yang telah katakan kepada mereka. Mereka itu hanyalah seperti binatang ternakan, bahkan mereka lebih sesat lagi jalannya daripada binatang ternakan itu, kerana binatang ternakan mahu menurut dan patuh kepada penggembalanya, sedangkan mereka tidak mahu mentaati Pemeliharanya, iaitu Allah, yang telah memberikan kenikmatan kepada mereka.

    Rasulullah s.a.w bersabda, “Di antara manusia yang terburuk adalah seorang penderhaka lagi kurang ajar, yang membaca Kitab Allah namun tidak tersedarkan oleh satu pun darinya.”
    (Riwayat Ahmad, dengan sanad hasan).



     والله تعالى أعلم

    Surah Al-Insyiqaq



    Allah Ta'ala berfirman, إِذَا السَّمَاء انشَقَّتْ  "Apabila langit terbelah." Dan hal itu terjadi pada hari Kiamat. وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا "Dan patuh kepada Rabb-nya," maksudnya mendengar Rabb-nya dan mentaati perintah-Nya, iaitu mentaati apa yang diperintahkan kepadanya, berupa terbelahnya ia. Dan hal itu terjadi pada hari Kiamat. وَحُقَّتْ "Dan sudah semestinya langit itu patuh," maksudnya sudah selayaknya dia mentaati perintah-Nya, kerana Dia Yang Mahaagung, yang tidak dapat dihalang dan tidak pula dapat dikalahkan, tetapi justeru yang telah menundukkan segala sesuatu, segala sesuatu menghinakan diri kepada-Nya.
    Kemudian Dia berfirman, وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ "Apabila bumi diratakan," maksudnya dihamparkan, dibentangkan, dan diluaskan. Dan firman-Nya, وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ  "Dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong," yakni mengeluarkan mayat-mayat yang berada di dalam perutnya itu sehingga bumi itu benar-benar kosong dari mereka. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, Sa'id, dan Qatadah. وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ "Dan patuh kepada Rabb-nya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)." Sebagaimana yang telah dihuraikan sebelumnya.
    Dan firman Allah Ta'ala, يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحاً  "Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja sungguh-sungguh menuju Rabb-mu," Maksudnya, kamu pasti akan berusaha berjalan menuju Rabb-mu dan berusaha melakukan suatu perbuatan, فَمُلَاقِيهِ "Sehingga kamu pasti akan menemui-Nya." Kemudian kamu akan menemui kebaikan atau keburukan yang telah kamu kerjakan. Ada beberapa orang yang mengembalikan dhamir (kata ganti) itu kepada firman-Nya: رَبِّكَ iaitu sehingga kamu pasti akan menemui-Nya, ertinya Dia akan memberikan balasan atas perbuatanmu itu seraya mengganjar usahamu. Berdasarkan hal itu, maka kedua pendapat tersebut sejalan.
    Selanjutnya, Allah Ta'ala berfirman: فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ. فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah," yakni dengan mudah tanpa kesulitan apa pun. Dengan pengertian lain, seluruh amal perbuatannya tidak dihisab secara menyeluruh, kerana barangsiapa yang hisabnya dilakukan seperti itu (menyeluruh), maka tidak diragukan lagi pasti dia akan binasa. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Aisyah رضي الله عنها, dia berkata: "Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
    مَنْ نُوقِشَ الْـحِسَابَ عُذِّبَ
    'Barangsiapa yang dihisab secara menyeluruh, pasti dia akan diazab.'
    Lalu kutanyakan, (lanjut 'Aisyah): 'Bukankah Allah Ta'ala telah berfirman, فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً  'Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah?' Beliau bersabda:
    لَيْسَ ذَاكَ بِاحِسَابِ وَلَكِنّ ذَلِكَ الْعَرْضُ، مَنْ نُوقِشَ الْـحِسَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عُذِّبَ
    Bukan itu yang dimaksud hisab, tetapi yang demikian itu hanyalah penyajian (amal perbuatan), kerana barangsiapa yang dihisab secara detail, pasti dia akan diadzab.'"
    Demikianlah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan an-Nasa-i.
    Dan firman Allah Ta'ala, وَيَنقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوراً "Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira." Maksudnya, dia akan kembali kepada keluarganya di Syurga. Demikian yang dikatakan oleh Qatadah dan adh-Dhahhak, dalam keadaan senang, kerana merasa gembira atas apa yang diberikan Allah عزّوجلّ kepadanya.
    Dan finnan Allah Ta'ala, وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاء ظَهْرِهِ "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang" yakni dengan tangan kirinya dari arah belakang punggungnya, di mana tangannya itu menghulur dan diberikan buku catatanya itu kepadanya. فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً  "Maka dia akan berteriak: 'Celakalah aku.'" iaitu kerugian dan kebinasaan. وَيَصْلَى سَعِيراً. إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُوراً "Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir)." Yakni dalam keadaan senang dengan tidak memikirkan akibat yang akan diterimanya serta tidak juga takut terhadap apa yang akan diterimanya kelak, sehingga kegembiraan yang sangat sebentar itu diganti dengan kesedihan yang berkepanjangan. إِنَّهُ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ "Sesungguhnya dia yakin bahawa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Rabb-nya)." Ertinya, dia meyakini bahawa dia tidak akan kembali kepada Allah dan Dia tidak akan mengembalikannya setelah kematiannya. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu 'Abbas, Qatadah, dan lain-lain. Kata al-huur bererti kembali.
    Allah Ta'ala berfirman, بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيراً "Yang benar, sesungguhnya Rabb-nya selalu melihatnya." Yakni memang benar, Allah akan mengembalikannya kelak sebagaimana Dia telah memulainya serta memberikan balasan atas amal perbuatannya, yang baik mahupun yang buruk, kerana sesungguhnya Dia Mahamelihat, iaitu Mahamengetahui lagi Mahamengenal.
    Kata asy-syafaq berarti ufuk yang berwarna merah, baik sebelum terbitnya matahari, sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid, mahupun setelah terbenamnya matahari, sebagaimana yang dikenal di kalangan para ahli bahasa. Dan dalam kitab Sahih Muslim, dari 'Abdullah bin 'Amr رضي الله عنهما, dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, di mana beliau bersabda:
    وَقْتُ الْـمَغْرِبِ مَا لَـمْ يَغِبِ الشَّفَقُ
    "Waktu Maghrib adalah selama syafaq belum terbenam."
    Firman Allah Ta'ala, وَاللَّيْلِ وَمَا وَسَقَ  "Dan dengan malam dan apa yang diselubunginya," yakni dikumpulkan. Mengenai firman-Nya, وَاللَّيْلِ وَمَا وَسَقَ  "Dan dengan malam dan apa yang diselubunginya," Ikrimah mengatakan: "Suatu kegelapan yang digiring apabila malam telah tiba dan segala sesuatu pergi ke tempatnya."
    Dan firman-Nya, وَالْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ "Dan dengan bulan apabila jadi purnama," Ibnu 'Abbas mengatakan: "Jika telah berkumpul dan menempati kawasan yang sama." Demikianlah yang dikatakan oleh 'Ikrimah, Mujahid, dan Sa'id bin Jubair. Makna ungkapan mereka itu adalah jika cahaya itu sudah sempurna dan menjadi purnama menuju kepada malam dan apa yang diseretnya.
    Dan Firman Allah Ta'ala, لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ  "Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)." Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata bahwa Ibnu 'Abbas mengatakan: لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ 'Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),' iaitu dari satu keadaan ke keadaan yang lain." Dia mengatakan: "Inilah Nabi kalian صلى الله عليه وسلم" Demikianlah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan lafaz tersebut. Dan hal itu mengandung kemungkian bahawa Ibnu 'Abbas menyandarkan penafsiran tersebut dari Nabi صلى الله عليه وسلم, seakan-akan dia berkata: "Aku pernah mendengar hal itu dari Nabi kalian صلى الله عليه وسلم" Dengan demikian, ucapannya, "Nabiyyukum (Nabi kalian)," dengan menggunakan harakat dhammah dalam posisi sebagai fa'il (subjek) dari kata qaala, dan itulah yang lebih jelas.

    Dan mungkin juga mengandung pengertian bahawa yang dimaksud dengan firman-Nya, لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ "Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)," adalah dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Dia mengatakan: "Dan itulah yang dimaksud dengan ungkapan, 'Inilah Nabi kalian صلى الله عليه وسلم sehingga berkedudukan marfu' (menggunakan harakat dhammah), dengan pengertian bahawa kata haadzaa dan Nabiyyukum berkedudukan sebagai mubtada' dan khabar.

    Ini diperkuat oleh qiraat 'Umar, Ibnu Mas'ud, Ibnu 'Abbas serta penduduk Makkah dan Kufah secara keseluruhan1litarkabanna, iaitu dengan menggunakan harakat fat-hah pada huruf ta dan ba.
    Dan mengenai firman-Nya, لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ "Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat," Ibnu Ab'i Hatim meriwayatkan dari asy-Sya'bi, dia mengatakan: "Engkau akan naik, hai Muhammad, langit demi langit." Demikian itu yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Masruq, dan Abul 'Aliyah, طَبَقًا عَن طَبَقٍ yang bererti langit demi langit.
    Aku bertanya: "Apakah yang mereka maksudkan itu malam Isra' Mi'raj?" As-Suddi sendiri mengatakan, لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ "Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat," amal perbuatan orang-orang sebelum kalian, satu kedudukan kepada kedudukan yang lain. Dapat saya katakan, seolah-olah dia menghendaki pengertian hadis sahih:
    لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَذْوَ الْقُذَّةِ بِا لْقُذَّةِ لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرَ ضَبٍّ  
    "Sesungguhnya kalian akan menjalankan sunnah-sunnah orang-orang sebelum kalian sedikit demi sedikit, bahkan meski mereka masuk ke lubang biawak sekalipun pasti kalian akan memasukinya."
    Para Sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Kalau bukan mereka siapa lagi?"
    Dan itu masih mengandung beberapa kemungkinan.
    Firman Allah Ta'ala, فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ. وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ  "Mengapa mereka tidak mahu beriman? Dan apabila Al-Quran  dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud." Maksudnya, apa yang menghalangi mereka untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta hari akhir? Dan mengapa pula ketika dibacakan kepada mereka ayat-ayat dan firman-firman Allah, yang ia tidak lain adalah Al-Quran ini, tidak mau bersujud untuk memberikan pengagungan dan penghormatan?
    Dan firman-Nya, بَلِ الَّذِينَ كَفَرُواْ يُكَذِّبُونَ "Bahkan orang-orang kafir itu mendustakannya," yakni di antara watak mereka adalah mendustakan, membangkang, dan menolak kebenaran. وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوعُونَ  "Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka)." Mujahid dan Qatadah mengatakan: "Mereka menyembunyikan di dalam hati mereka." فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ "Maka beri khabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih?" yakni beritahukanlah hai Muhammad, kepada mereka bahawa Allah عزّوجلّ telah menyiapkan bagi mereka azab yang sangat pedih.
    Dan firman Allah Ta'ala, إِلَّا الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ "Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal solih," yang demikian itu merupakan bentuk pengecualian terputus (istitsna' munqathi), ertinya, tetapi orang-orang yang beriman, iaitu dengan sepenuh hatinya dan beramal solih, iaitu dengan anggota tubuhnya, لَهُمْ أَجْرٌ "Bagi mereka pahala," yakni di alam akhirat, غَيْرُ مَمْنُونٍ "Yang tidak putus-putusnya." Ibnu 'Abbas mengatakan: "Yakni, tidak dikurangi." Sedangkan Mujahid dan adh-Dhahhak mengatakan: "Iaitu, tidak terhitung." Dan perpaduan antara kedua pendapat itu bahawa pahala itu tiada putus-putusnya


    SUJUD TILAWAH :

    Imam Malik meriwayatkan dari 'Abdullah bin Yazid, dari Abu Salamah bahwa Abu Hurairah رضي الله عنه pernah membaca dalam solat bersama mereka, إِذَا السَّمَاء انشَقَّتْ "Apabila langit terbelah," lalu ia sujud. Setelah selesai, Abu Hurairah memberitahu mereka bahawa Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersujud kerana membacanya. Demikian yang diriwayatkan oleh Muslim dan an-Nasa-i.
    Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Rafi', dia berkata: "Aku pemah mengerjakan solat al-Atamah bersama Abu Hurairah, lalu dia membaca: إِذَا السَّمَاء انشَقَّتْ 'Apabila langit terbelah,' lalu ia sujud, maka kutanyakan kepadanya (mengapa melakukan sujud?). maka dia menjawab: 'Aku pernah sujud di belakang Abul Qasim صلى الله عليه وسلم dan aku masih terus sujud kerananya sampai mati.



    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    SOLIDARITI MENERUSKAN PERJUANGAN

    INI ZAMANNYA